Manusia Dan Keindahan (Kasus dan Solusi) by Nunis Yuliyanti

Manusia dan Keindahan
MANUSIA
Manusia adalah makhluk ciptaan ALLAH swt yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya, akal dan fikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan membatasi diri dengan perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita sendiri. Manusia secara umum adalah sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu membutukan bantuan orang lain, maksud dari hal tersebut bahwa setiap manusia hidup saling ketergantungan terhadap orang lain tidak bisa berdiri sendiri.
KEINDAHAN
Keindahan, sering diutarakan kepada situasi tertentu, arti kata keindahan yaitu berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan identik dengan kebenaran, sesuatu yang indah itu selalu mengandung kebenaran. Keindahan bersifat universal, artinya keindahan yang tak terikat oleh selera perorangan, waktu, tempat atau daerah tertentu, bersifat menyeluruh. Segala sesuatu yang mempunyai sifat indah antara lain segala hasil seni, pemandangan alam, manusia dengan segala anggota tubuhnya dan lain sebagainya.Dalam arti luas meliputi keindahan hasil seni, alam, moral dan intelektual. Dan dalam arti estetik keindahan mencakup pengalaman estetik seseorang dalam hubunganya dengan hubungan dengan segala sesuatu yang diserapnya.
Contoh Kasus
"Kampung warna-warni" Malang, dulu 'kumuh' sekarang jadi tempat wisata


Kampung Wisata Jodipan di Kota Malang, Jawa Timur atau yang dikenal sebagai Kampung warna-warni yang dulu merupakan 'permukiman kumuh' sekarang menjadi lokasi yang banyak dikunjungi wisatawan. Tiap akhir pekan diperkirakan jumlah pengunjung yang datang mencapai ratusan orang, seperti diaporkan wartawan di Malang Jawa Timur, Eko Widianto.

Salah seorang penunjung asal Pasuruan, Rahayu mengaku kagum dan menyukai rumah bercat warna-warni. Dia bersama temannya asyik berfoto dengan latar belakang dinding bergambar. “Indah dan rapi, tak menyangka rumah ini ada di tepi sungai,” katanya.

Ketua RW 2 Kelurahan Jodipan, Soni Parin tak menyangka kampungnya yang dulu dikenal sebagai permukiman kumuh menjadi obyek wisata alternatif.

“Saya yang punya kampung bingung sendiri, apa ya yang mereka lihat?. Ada orang Belanda dan Australia juga yang ke sini,” kata Soni.

Sekitar 107 rumah warga di sini tampak dicat dengan 17 sarna, dengan gambar yang dilukis komunitas mural..

Inisiatif untuk mencat kampung ini muncul dari sejumlah mahasiswa mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammaidyah Malang yang tergabung dalam kelompok guyspro.

Koordinator guyspro, Nabila Firdausiyah mengaku awalnya ingin mengubah perilaku warga di bantaran sungai yang membuang sampah ke sungai, Jodipan dipilih lantaran terlihat memiliki lanskap yang bagus dilihat dari jembatan Jalan Gatot Subroto.

“Kami melibatkan komunitas mural dan seniman untuk melukis dinding rumah warga,” katanya. Dikerahkan sebanyak 30 tukang cat untuk mengubah wajah kampung kumuh Jodipan. Dia mengaku tak menyangka Jodipan kemudian menjadi tujuan wisata.

Awalnya pengecatan kampung dilakukan agar rumah-rumah di sana tak terlihat 'kusam' dan agar masyarakat memperhatikan masalah sanitasi. Usulan itu pun disampaikan kepada Soni, yang kemudian meminta persetujuan dari tokoh masyarakat di kampung tersebut.

Pengecatan dilakukan oleh masyarakat dengan bantuan tentara dan juga bantuan salah satu produsen cat di Malang pada Juni 2016.

“Warga membantu secara sukarela, ya membantu mengecat ada yang membantu konsumsi,” kata Soni.

Kampung ini mulai dikenal luas sejak fotonya dibagikan ke media sosial.
Masalah sanitasi

Meski secara fisik kondisi rumah warga di kampung ini sudah diperbaiki dan temboknya dicat warna-warni, tetapi masalah utama di permukiman ini yaitu sanitasi belum dapat teratasi pada awalnya.

Soni mengatakan tak semua rumah memiliki toilet dan warga sering membuang sampah di sungai. Tetapi rupanya, kedatangan para wisatawan justru mengubah perilaku warga.

Sebuah toilet umum digunakan warga secara bergantian. “Dulu membuang sampah ya ke sungai, sekarang malu banyak orang datang masa perilakunya tetap,” kata Soni.

Sejumlah tempat sampah untuk menampung sampah warga dan pengunjung. Sampah-sampah itu akan diangkut petugas kebersihan setiap hari.

Biaya untuk mengangkut sampah itu didapat dari 'tiket masuk' seharga RP2.000 per pengunjung. Selain untuk sampah uang tersebut juga digunakan untuk perawatan lingkungan.
Penataan kampung ini disebut mirip dengan permukiman di pinggiran Kali Code Yogyakarta.

Selain kepedulian sanitasi meningkat, kunjungan wisatawan ke kampung ini memberikan dampak terhadap perekonomian warga. Mereka pun berjualan minuman dan makanan ringan, dan mengelola parkir kendaraan.
'Ancaman digusur'

Kampung Jodipan dihuni warga pendatang yang mendirikan rumah di tanah milik Negara tersebut. Soni mengaku telah mendengar kampung ini terancam digusur dan warga akan direlokasi ke rumah susun.

"Kami memang menempati tanah negara, tapi setiap tahun tetap membayar pajak bumi dan bangunan," jelas Soni. " Saya nyaman dan kerasan tinggal di kawasan bantaran sungai ini," tambah dia.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimulyono sempat mengunjungi kampung warna-warni 23 September 2016, dan memberikan toleransi bagi warga yang tinggal di titik tertinggi di sekitar Daerah Aliran Sungai DAS Brantas.

“Keras tapi arif. Di perkotaan kita tak bisa hantam kromo dengan aturan. Bisa ditoleransi, tapi bukan pembiaran,” katanya. Apalagi permukiman sudah tertata dan tak lagi kumuh. Seperti perkampungan di bantaran Kali Code Yogyakarta yang diprakarsai Romo Mangunwijaya, yang tertata rapi dan cantik..

Meski awalnya kampung ini terancam akan digusur, tetapi sekarang Wali Kota Malang justru menetapkan permukiman warga Jodipan dan Ksatrian di bantaran sungai Brantas sebagai obyek wisata.

Untuk memindahkan warga yang tinggal di pinggiran sungai, Pemerintah Kota Malang telah membangun rusun sewa di Kelurahan Buring, Kedungkandang, Kota Malang. Tetapi hingga kini dari dua blok baru terisi satu blok yang diperuntukkan bagi 400 keluarga.

Pemerintah Kota Malang mendata sebanyak 17 kawasan permukiman kumuh di Malang. Diperkirakan sekitar 15 persen atau 31 ribu jiwa bermukim di bantaran sungai.

Data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang luas permukiman kumuh mencapai 603 hektar tersebar di 29 Kelurahan dari total 57 Kelurahan.

Penanganan perkampungan kumuh, Pemerintah Kota Malang mendapat dana dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp 30 miliar. Dana digunakan untuk perbaikan sanitasi, penerangan jalan, drainase dan pasokan air minum.
Sumber : BBC Indonesia, 16 Oktober 2016


Permasalahan
Dari berita diatas, jodipan yaitu desa yang dikenal sebagai desa yang amat sangat kumuh sekarang berubah menjadi tempat wisata itu berkat ide dan keprihatinan para mahasiswa/i dari Universitas Muhammadiyah Malang yang melihat perilaku warga di bantaran sungai yang membuang sampah ke sungai, sungai yang kotor membuat pemukiman tersebut menjadi pemukiman yang buruk. Jodipan dipilih lantaran terlihat memiliki lanskap yang bagus dilihat dari jembatan Jalan Gatot Subroto.


Solusi
Hubungan manusia dan keindahan sangatlah erat, kerena rasa suka akan keindahan sudah menjadi fitrah dalam diri manusia. Meskipun dalam pribadi seseorang tidak dapat melakukan dan menerapkan rasa keindahan pada hakikatnya seseorang tersebut tetap menyukai akan keindahan.
Banyak cara yang dilakukan oleh manusia itu sendiri dalam mencari  keindahan. Orang yang suka terhadap seni maka dia akan menemukan keindahan tersebut dalam kesenian yang digelutinya dan banyak juga cara yang lainnya untuk mencari keindahan yaitu dengan merenungkan suatu hal, dimana dengan perenungan tersebut akan ditemukan rasa dan nilai keindahan yang diinginkan.
Begitu pun dengan warga Jodipan, sebagai warga yg juga menikmati akan hasil dari kampungnya, seharusnya mereka lebih kritis dan lebih memperhatikan serta perduli akan sekitarnya (saling perduli). Tuhan telah meciptakan begitu banyak keindahan, kita sebagai manusia harus lebih bisa menikmati dan memanfaatkannya. Dilihat dalam agama pun kita wajib menjaga kebersihan, dan dari segi kesehatan itu sangat lah penting karna sampah banyak mengandung penyakit.  Jika warga tersebut lebih peduli,sampah itu bagian dari bahan yang bisa di manfaatkan, contohnya sampah organik bisa dijadikan pupuk dan sampah anorganik dapat dijadikan suatu kerajinan. Pupuk yang digunakan dapat menghiasi tanaman dan mempermanis warna warna rumah yang ada di wilayah kampung tersebut sedangkan kerajinan dapat menjadi  suatu lapangan pekerjaan. Keindahan yang telah di hasilkan oleh manusia dapat kita rasakan dan kita perlu merawatnya supaya tidak menjadi pemukiman yang seperti dulu. Karna indah tidak harus org lain yang membuat tapi diri kita sendiri harus membuat apa yang kita lihat itu menjadi indah.
Kondisi lingkungan akan berpengaruh langsung terhadap kondisi manusia. Karena itu sudah selayaknya kita menjaga bumi satu-satunya ini dari kerusakan lingkungan.

Komentar